Perhatian Mohammad Natsir Terhadap Riset Da’wah

Oleh: Muhsin MK.

Lembaga Islam untuk Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LIPPM) didirikan oleh M. Natsir dan teman teman seperjuangannya. Beliau duduk sebagai Dewan Penyantun Yayasan 14 Hijrah yang menaungi LIPPM. Bahkan beliau kerap berkantor di LIPPM, Gedung Cikini, jalan Cikini Raya, di samping Kantor Dirjen Imigrasi Depkeh RI, seberang Perguruan Cikini.

Direktur pertama Dr. Deliar Noer mendapat tugas untuk melakukan riset tentang Kristenisasi dan Kebatinan. Beliau bersama tim berhasil menulis laporan riset tentang Kristenisasi di Indonesia. Selain itu ditugaskan staff peneliti melakukan riset tentang gerakan itu di daerah-daerah. Abdullah Hehamahua berhasil meneliti dan melaporkan tentang kristenisasi di Kalimantan Tengah.

Ramli Hutabarat meneliti dan melaporkan tentang Cikembar, desa Kristen di Kabupaten Sukabumi. Zaenal Abidin Urra meneliti dan melaporkan tentang Aliran Kebatinan. Muhsin MK meneliti dan melaporkan tentang Desa Putra, lembaga Katolik yang memiliki panti asuhan, puskesmas dan Sekolah Grafika di Srengseng Sawah selatan Jakarta.

Hasil penelitian itu lalu diseminarkan. LIPPM mengundang antara lain Amin Rais, Syaefullah Mahyudin, Kuntowijoyo dan Watik Pratiknya dari Yogya serta Solehan dari Solo. Seminar diadakan dua hari, M. Natsir dan Mr. Moh. Roem terlibat sebagai peserta. Keduanya memberi pandangan-pandangannya.

Hasil dari seminar ini adalah perlunya mengirim da’i ke daerah rawan kristenisasi, mendirikan masjid sebagai pusat dawah dan ibadah dalam membentengi ummat, membantu lembaga da’wah yang ada di daerah tersebut dan memberikan bea siswa kepada anak anak yang tidak mampu untuk melanjutkan kuliah.

Hasil seminar benar-benar ditindaklanjuti oleh M. Natsir dan Deliar Noer. Khusus di daerah Srengseng Sawah, M. Natsir mengunjungi lembaga yang eksis dalam menghadapi gerakan kristenisasi. Nurhasan Junaedi sebagai da’i yang ditempatkan di daerah tersebut berperan besar dalam mendatangkan beliau ke Masjid At Taqwa Cipedak. Di masjid tersebut M. Natsir berdialog dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah setempat.

Hadir pula dalan kunjungan beliau Amiruddin Siregar dan HAR Majid, Ketua dan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jakarta. Pada saat memberi tausiyah, M. Natsir memberikan motivasi kepada jamaah dalam membentengi aqidahnya.

Beliau juga akan berusaha untuk membantu pembangunan masjid Muhammadiyah tersebut. Beberapa hari kemudian Pengurus Masjid At Taqwa datang ke LIPPM menemui beliau guna mendapatkan tanda tangan untuk penggalian sumber dana dari pengusaha-pengusaha yang ditunjuk beliau.

Deliar sebagai Direktur LIPPM juga tidak tinggal diam. Karena LIPPM merupakan lembaga pengembangan masyarakat maka hasil penelitian yang diseminarkan perlu ditindaklanjuti dengan aksi nyata. Maka untuk menggali kondisi kehidupan masyarakat di daerah Serengseng Sawah, diadakan riset lanjutan.

Hasil riset dilaporkan Muhsin MK dengan topik “Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat asli Serengseng Sawah”. Berdasarkan hasil riset itu lalu Nurhasan Junaedi dan Muhsin MK yang sempat tinggal di daerah tersebut diminta mencarikan 10 siswa SD yang miskin dan tidak mampu.

Deliar Noer bersama istrinya Zahara D. Noer datang ke daerah tersebut untuk memberikan beasiswa dari beliau hingga tamat SLA (setingkat SMA). Deliar Noer sendiri diminta menjadi khatib Jumat di Masjid At Taqwa di daerah setempat.

M. Natsir juga pernah menugaskan kepada staf peneliti untuk melakukan riset pustaka berkaitan dengan kegiatan Kristen. Muhsin MK ditugaskan menghimpun dan membeli majalah dan media sejenis terbitan lembaga Kristen. Beritanya dibuatkan resume dan dilaporkan kepadanya.

Saat itu beliau selalu mengecek tentang majalah kristen apa saja yang sudah ada. Jika belum ada harus dibeli. Majalah-majalah yang dibeli antara lain Hidup dan Basis (Katolik), serta Oukemene (Protestan). Ternyata resume yang dibuatkan staff peneliti dihimpun selama satu tahun sebagai bahan laporan Dewan Dawah untuk muhsinin dalam dan luar negeri.

Yusril Ihza Mahendra juga pernah mendapat tugas dari M. Natsir untuk meneliti dan menulis tentang asas tunggal Pancasila. Waktu itu zaman Orde Baru sedang menjadi sorotan masalah azas tunggal tersebut. M. Natsir bersama-sama tokoh ummat Islam mendatangi DPR/MPR RI menyampaikan aspirasi ummat Islam menolak azas tunggal Pancasila. Yusril yang menyiapkan bahannya. Ia menulis laporan risetnya dengan topik, “Dari Lubang Buaya menuju Azas Tunggal Pancasila”.

Ramli Hutabarat juga mendapat tugas riset dari M. Natsir. Ia ditugaskan meneliti DPR/MPR RI terutama keanggotaannya. Ramli berhasil menyusun laporan hasil risetnya. Ternyata hasil riset itu diperlukan M. Natsir untuk menulis buku “Indonesia di Persimpangan Jalan”. Melalui buku itu beliau mengkritik rezim Orde Baru yang cenderung otoriter. Ramli sendiri kemudian menerbitkan hasil risetnya menjadi buku “Demokrasi di bawah Hukum”.

Kepedulian M. Natsir terhadap riset sedemikian besar. Sebab hasilnya bukan saja untuk menjadi bahan tulisannya melainkan juga untuk kebijakan da’wahnya. Beliau pernah meminta Muhsin MK untuk meneliti 3 Universitas yang berada di daerah Grogol Jakarta Barat. Peneliti diminta menghimpun data tentang mahasiswa dan para dosennya.

Riset ini tidak mudah karena meminta data yang merupakan dokumen resmi dan rahasia cukup berat. Karena saat itu peneliti masih mahasiswa maka dengan alasan sedang menyusun skripsi menjadi jalan untuk mendapatkan data.

Universitas yang didatangi adalah Trisakti (Unsakti), Tarumanegara (Untar) dan Kristen Jakarta (Unkrija). Data terkumpulkan juga dengan cara meminta buku laporan tahunan pada saat wisuda sarjana Universitas tersebut yang sudah diterbitkan. Namun apakah riset ini yang kemudian menjadi bahan sehingga M. Natsir menjadikan kampus sebagai salah satu obyek da’wah Dewan Da’wah? Wallaahu ‘alam bish-shawab.

Terakhir sebelum wafat ada tugas riset Kristenisasi di Banten dari M. Natsir kepada staf peneliti LIPPM. Muhsin MK ditugaskan membuat proposal riset. Proposal beberapa kali diminta revisi, terutama soal anggaran. Beliau waktu itu masuk rumah sakit Cipto Mangunkusumo.

Setelah disetujui riset dilaksanakan selama satu bulan di Banten. Pada saat riset selesai dan disusun laporannya, beliau wafat. Sejak saat itu riset LIPPM berhenti kemudian LIPPM dimasukkan dalam struktur Dewan Dawah Pusat menjadi Biro Riset. []

(Depok, 2.4.2018).

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*