Membaca atau Mati

Membaca adalah ‘kehidupan’. Tidak membaca adalah ‘kematian’. Tentu kehidupan dan kematian di sini bukan maksud hakiki sesungguhnya. Kehidupan dan kematian di sini kita pandang secara maknawi. Hidupnya aktifitas membaca berarti hidupnya ilmu pengetahuan. Matinya aktifitas membaca berarti matinya ilmu pengetahuan.

Peradaban Eropa pernah mengalami masa kegelapan (dark ages) . Kenapa gelap, karena ilmu pengetahuan mati. Tingkat intelektualitas masyarakat juga mati. Hasil-hasil ilmu pengetahuan dianggap sihir dan menyesatkan. Budaya ilmu termasuk membaca hampir punah.

Terlepas dari matinya ilmu pengetahuan disebabkan arogansi gereja atau apapun. Yang menjadi perhatian dalam pembahasan ini, kematian sebuah peradaban diakibatkan karena kematian ilmu pengetahuan. Sementara kematian ilmu pengetahuan disebabkan hilangnya tradisi ilmu, terutama budaya membaca.

Mengapa bangsa Indonesia belum menjadi negara yang sukses? Terutama dari sisi ekonomi dan teknologi. Karena bangsa kita masih memiliki minat baca yang rendah. Dari 61 negara, Indonesia menempati urutan ke-60 terkait dengan minat baca, demikian menurut hasil survei berasal dari studi Most Littered Nation in the World 2016.

Mengapa bangsa lain semacam Jepang terlihat maju? Terutama dari sisi ekonomi dan teknologi. Penyebab utamanya karena minat bacanya tinggi. Menurut data yang beredar, 90 % rakyat Jepang yang berusia 15 tahun ke atas melek aksara. Artinya budaya literasi buku di Jepang sangat tinggi.

Membaca buku bukan melulu tugas anak sekolah, mahasiswa, atau dosen. Membaca buku hendaknya menjadi kegiatan sehari-hari kita semua, apapun profesinya. Sukses dan gagalnya kehidupan kita erat kaitannya dengan urusan membaca buku. Mengapa demikian? Sebab membaca akan mengupgrade pengetahuan kita. Pengetahuan akan mengupgrade kesuksesan hidup kita. Membaca atau mati! []

(Saeful R)

gambar: www.inovasee.com

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*