Bersyukur pada Manusia

Oleh : Aan Handriyani, M.Ag

 

عن أبي هريرة رضي الله عنه مرفوعا : ” لَا يَشْكُرُ اللَّهُ مَنْ لَا يشكر الناس

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda : “Tidaklah bersyukur kepada Allah, Orang yang tidak bersyukur kepada manusia” (Shahih Adâb al-Mufrad)

Sungguh sangat banyak orang yang berperan dalam kehidupan kita, dari mulai kedua orang tua, kerabat, guru, sahabat, dan orang-orang baik lainnya yang dikenal atau pun tidak dikenal, mereka semua berperan besar dalam menuntun kehidupan kita kepada keberhasilan.

Bersyukur kepada manusia dengan berbagai cara kebaikan merupakan bagian dari akhlak Islam yang sangat dianjurkan, bahkan tidak dianggap bersyukur kepada Allah, jika seseorang tidak bersyukur kepada manusia. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda : “Tidaklah bersyukur kepada Allah, Orang yang tidak bersyukur kepada manusia”

Al-Khathâbî mengungkapkan dua makna dari hadits di atas, pertama, bahwa seseorang yang tabiatnya mengingkari perbuatan baik orang lain dan tidak berterima kasih terhadap kebaikan mereka, berbanding lurus dengan tabiat dirinya yang kufur terhadap nikmat Allah. Kedua, bahwa Allah tidak akan menerima syukur seorang hamba atas nikmatNya, ketika ia tidak mensyukuri dan mengingkari kebaikan orang lain kepadanya.

Dalam sebuah riwayat dari Abdullah bin Umar, Rasulullah Saw mengajarkan kita cara bersyukur kepada manusia :“Jika ada seseorang yang berbuat kebaikan kepada kalian maka balaslah kebaikannya, jika kalian tidak memiliki sesuatu untuk membalasnya maka doakanlah sehingga kalian dapat menyangka telah menunaikannya” (Shahîh Abî Dâwûd). Yang dimaksud sampai menyangka telah menunaikan, adalah mengulang-ulang doa untuk orang yang telah berbuat kebaikan.

Salah satu doa yang dianjurkan untuk membalas orang yang berbuat kebaikan, adalah : Jazâkallah khairan, sebagaimana riwayat at-Tirmidzî dari Usâmah bin Zaid, bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Barang siapa diberi suatu kebaikan, kemudian ia mengucapakan kepada pelakunya : jazâkallah khairan (artinya-semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), maka dia telah cukup dalam memberikan pujian”. Sebagian salaf mengatakan jika tangan kamu tidak dapat membalas kebaikan orang lain, maka hendaklah lisanmu dapat sering bersyukur dan berdoa untuknya..(Tuhfah al-Ahwadzî).

Sungguh sangat banyak orang-orang yang harus dibalas kebaikannya, terutama kedua orang tua, para ulama, dan generasi terdahulu yang telah mewariskan kebaikan, namun dalam tulisan ini hanya akan kita bahas dua saja generasi tua dan para ulama.

 

Menunaikan Hak Orang yang Lebih Tua

Secara kronologis, Orang-orang yang lebih tua adalah orang-orang yang banyak berperan terhadap keberhasilan si muda, disadari atau tidak, disengaja atau tidak. Orang-orang yang telah mendahului kita secara usia atau pun kehidupan secara umum mereka berperan dalam menyambungkan tali temali keislaman sehingga sampai kepada kita, oleh karenanya islam sangat menganjurkan orang-orang muda untuk menghormati dan menghargai orang-orang yang lebih tua. Rasulullah Saw bersabda :

“Bukan termasuk golongan kami yang tidak menyayangi orang yang lebih muda di antara kita, dan juga orang yang tidak memberikan hak/menghargai orang yang lebih tua di kalangan kita”. (H.R. Abû Dâwûd)

Menghargai dan menunaikan hak orang-orang yang lebih tua (ikrâm dzîsy syaibah al-muslim) termasuk diantara bentuk mengagungkan Allah (ijlâlullah), sebagaimana hadits yang diriwayatkan Abû Mûsâ al-Asy’arî bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Sungguh salah satu bentuk pengagungan kepada Allah adalah menghormati seorang muslim yang telah tua” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Al-Azhîm Âbadi  (W. 1329 H), penulis kitab ‘Aun al-Ma’bûd menerangkan yang dimaksud dengan memuliakan orang tua dalam Islam adalah dengan menghormatinya ketika dalam majelis, lemah lembut kepadanya, mencintainya dan lain-lainnya dan hal ini termasuk bagian dari pengagungan kepada Allah, karena kemuliaannya di sisi Allah. (‘Aun al-Ma’bûd)

Oleh karenanya, tidak patut seorang muda karena merasa telah memiliki ilmu yang banyak dan memiliki pendidikan yang tinggi, karena perbedaan pendapat kemudian ia berkata kasar terhadap mereka yang lebih tua, selain karena jasa mereka yang besar, hal ini juga bagian dari wasiat Islam bagi orang – orang beriman agar menunaikan hak-hak orang-orang yang lebih tua diantara mereka.

Rasulullah SAW telah memberi contoh akhlak terbaik dalam memuliakan orang yang lebih tua; disebutkan dalam musnad Ahmad bahwa ketika Rasulullah SAW menaklukkan kota Makkah, dan beliau memasuki Masjid Al-Haram, datanglah Abu Bakar bersama ayahnya Abu Quhâfah, saat melihatnya Rasulullah SAW berujar kepada Abu Bakar, “tidakkah sebaiknya kau membiarkan orang tua di rumahnya sampai aku yang mengunjunginya, kemudian Abu Bakar menjawab: dialah yang lebih berhak datang kepadamu, beliau menjawab: persilahkan ia duduk, kemudian beliau pun mengusap kepalanya dan berkata padanya : masuklah kedalam Islam, maka Abu Quhâfah pun memeluk Islam.

Salah satu teladan terbaik dalam perwujudan syukur terhadap orang yang lebih tua dan generasi terdahulu disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam surah al-Hasyr ayat 10, Allah Ta’ala berfirman :

“Dan orang-orang yang datang setelah mereka, mereka berdoa, ‘wahai Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dengan keimanan, dan jangan jadikan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang beriman, wahai Tuhan kami sungguh Engkau maha pemurah lagi maha pengasih”

Abdurrahman As-Sa’dî memberikan uraian yang sangat indah terkait tafsir ayat di atas, bahwa orang-orang yang mengikuti para Sahabat, berada dalam sebuah akad keimanan, mereka adalah Ahlus Sunnah wal Jamaah, yang diantara karakter mereka; mengakui dosa dan memohon ampun darinya, mereka saling memohonkan ampun, berupaya menghilangkan kedengkian dari hati terhadap kaum mu’minin, seorang yang hadir mendoakan yang tidak ada, yang hidup mendoakan yang telah wafat.

Banyak mufassir yang menyimpulkan bahwa kata Tâbi’ûn mencakup generasi kaum muslimin sampai hari kiamat, mereka senantiasa memohonkan ampunan bagi orang-orang yang telah mendahului mereka dengan keimanan, yang telah mendahului dengan berbagai amal perjuangan Islam, yang telah mendahului dalam membela Rasulullah saw. oleh karena itu imam Malik mengatakan bahwa Syiah Rafîdhah tidak temasuk dalam golongan Tâb’în bi ihsân karena mereka tidak mendoakan bahkan mencela generasi terdahulu dari kalangan Sahabat Rasulullah Saw.

 

Mendoakan dan Menghormati Para Ulama

Sebagai bentuk rasa bersyukur kepada Allah, maka sikap penghargaan yang baik kepada orang-orang yang mengajarkan kebaikan adalah penting dan sangat dianjurkan, tentunya sikap ini bukan berarti melakukan hal-hal yang berlebihan dalam menghormati mereka, melainkan dengan menunaikan hak-hak mereka, membantu kehidupan mereka, membantu niat-niat baik mereka, atau jika mereka memiliki lembaga pembinaan seperti pesantren dapat dengan membantu melaksanakan program-programnya, baik dengan dukungan moril atau pun materil.

Dalam Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Mâjah, Rasulullah Saw bersabda : “sesungguhnya penduduk langit dan bumi memohonkan ampunan bagi seorang alim, bahkan sampai ikan-ikan yang ada di laut”. Hadits tersebut, tidak hanya mengungkap keutamaan ulama dan penuntut ilmu, juga sebagai sindiran kepada kita, jika kita tidak mau mendengarkan nasehat para ulama, menghormati, mendoakan dan menunaikan hak-hak mereka, maka  ikan-ikan dan hewan lainnya itu lebih mulia dan lebih mengerti ihwal bersyukur dari pada kebanyakan manusia.

Para ulama merupakan orang–orang yang akan memakmurkan dunia ini berdasarkan syariah Allah Ta’ala, kebaikan akan menyebar dengan keberadaan mereka, bahkan dapat dikatakan jika di suatu tempat tidak ada lagi ulama yang mengajarkan ilmu, berarti Islam telah hilang dari tempat tersebut. Dan diantara rahasia dari doa hewan-hewan bagi para ulama, yaitu karena hewan-hewan itu akan diperlakukan secara ihsan oleh manusia yang mendapatkan pengajaran dari para ulama sehingga mereka mendoakan orang-orang yang menyebarkan kebaikan.

Sejatinya, masih banyak orang-orang yang telah berjasa pada kita, dan tentu mereka adalah orang-orang yang telah banyak berbuat kebaikan. Seperti seorang dokter yang mengobati, yang memberi tahu arah jalan,  membersihkan jalan dari duri, meringankan beban, mengatur lalu lintas, melayani keperluan termasuk orang-orang yang menegur, menasehati,  mencegah kemunkaran, memerintah untuk berbuat adil dan lain-lainnya adalah kebaikan yang perlu disyukuri. (Wallahu A’lam)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*