Ustadz Syuhada Bahri Beberkan Fakta Kecil dalam Persoalan Besar Kaum Muslimin pada Acara Silaturahim Akhir Tahun

STIDNATSIR.AC.ID – Laznas Dewan Da’wah bekerja sama dengan institusi lain di bawah naungan Dewan Da’wah mengadakan acara Silaturahim Akhir Tahun dengan mengusung tema “Spirit Haji Wada, Risalah Merintis Da’wah Melanjutkan”, pada Rabu (12/12).

Acara yang dihelat di Asrama Haji Pondok Gede ini dihadiri oleh ribuan peserta tamu undangan yang memiliki kedekatan emosional dengan Dewan Da’wah, seperti Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Dewan Da’wah, Jama’ah Haji PT. Hudaya Safari Travel, Donatur Laznas Dewan Da’wah dan lainnya.

Dua da’i nasional turut menjadi pusat perhatian dalam acara ini, Ustadz Syuhada Bahri dan Ustadz Abdul Somad, Lc, MA yang memberikan tausiyah akhir tahun kepada para peserta.

Ustadz Syuhada Bahri yang lebih dikenal sebagai Bapak da’i pedalaman itu, menyampaikan sebuah fakta kecil yang berkaitan dengan persoalan besar. Ia menceritakan sepenggal pengalamannya saat bertolak ke Yogyakarta bertemu seorang ustadz di salah satu Rumah Sakit Islam Yogyakarta.

Ustadz tersebut mengungkapkan pengalamannya membersamai orang yang akan meninggal di Rumah Sakit Islam tersebut, ternyata hanya 7% yang bisa mengikrarkan syahadat. Sementara 93% sisanya, seluruhnya Islam namun tidak mampu mengucapkan kalimat Laailaaha illallah.

“Ini adalah satu fakta kecil berkaitan dengan persoalan besar, Laailaaha illallah,” tandasnya.

Menurutnya, fenomena ini dapat terjadi sedikitnya diakibatkan dua hal; pertama, mereka mengaku Islam tetapi tidak memahaminya. Andaikan mereka paham, mereka tidak mengamalkannya. Kedua, hal tersebut menunjukkan kurangnya kemauan mereka untuk belajar dan kurang seriusnya da’wah kita.

Ia melanjutkan, paradigma da’wah Dewan Da’wah berorientasi pada pembinaan da’i pedalaman, suku terasing, perbatasan yang merupakan daerah miskin ilmu, miskin harta dan miskin iman. Maka STID Mohammad Natsir mengambil peran sebagai pusat pengkaderan da’i, sehingga da’wah bukan lagi sebatas kewajiban, namun gerakan untuk menyelamatkan Indonesia dengan da’wah.

Saat ini, kata Ustadz Syuhada banyak umat Islam yang terperangkap oleh pola pikir pragmatis-materialistis yang hanya berfikir tentang dunia, serta tidak percaya kehidupan akhirat yang kekal. Lantas tidak ada yang bisa menyadarkannya kecuali kematian.

“Kita hidup di dunia, melakukan apapun di dunia, tidak ada yang menghancurkan kehidupan kita kecuali waktu,” katanya.

Ustadz Syuhada menilai, pemikiran seperti itu sangatlah fatal dan menjadikannya sebagai orang paling jahat. Karena mereka menganggap surga-surga hanya ada di dunia, neraka-neraka juga hanya ada di dunia, sehingga setiap orang akan menghalalkan segala cara untuk meraih surga dunia.

Kematian adalah persoalan besar. Orang yang memiliki orientasi dunia, ketika akan meninggal berharap kepada Allah untuk diundurkan sejenak saja agar bisa bersedekah. Karena sedekah merupakan satu dari tiga investasi paling menguntungkan yang dijanjikan oleh Allah dengan keuntungan 700 kali lipat.

Selanjutnya ia juga membeberkan investasi yang tak memiliki peluang kerugian lainnya, yaitu ilmu yang bermanfaat. Setiap ilmu yang diajarkan akan menjadi mata rantai amal yang tidak akan terputus. Terlebih apabila dipadukan dengan sedekah di jalan da’wah.

“Infaq yang bapak infaqkan di jalan-jalan da’wah akan bernilai jariyah. Terlebih apabila diberikan kepada da’i yang mengajar. Maka setiap satu huruf yang diajarkan oleh da’i akan bernilai pahala bagi para muhsinin,” seru ustadz Syuhada

Bentuk investasi terakhir yang beliau sampaikan, ialah anak yang sholih. Ustadz Syuhada menganjurkan, setidaknya ada satu anak dalam keluarga kita yang hafal 30 juz Al Qur’an. Agar di dunia menjadi sebab penyelamat orang tuanya di dalam kubur dan kelak di akhirat dapat memakaikan mahkota di kepala orang tuanya.

Animo hadirin begitu antusias mengikuti acara ini. Dalam acara ini dilakukan penggalangan dana infaq untuk da’wah pedalaman. Banyak peserta yang tertarik berkomitmen membantu da’wah pedalaman, beberapa di antara mereka ada yang menginfaqkan hartanya senilai 500 juta, 300 juta, 250 juta, dan seterusnya hingga terkumpul lebih dari 4 miliar.

“Alhamdulillah, dari jumlah sementara data infaq yang terkumpul malam ini berjumlah 4.021.000.000 Rupiah..,” Ujar pemandu acara disambut pekikan takbir para hadirin.

Hal ini menggambarkan betapa kaum muslimin di samping sangat antusias membantu da’wah pedalaman dengan finansial, hati mereka juga turut terenyuh dengan kondisi kaum muslimin khususnya para mualaf yang sangat minim kebutuhan. []

Reporter: Faris Rasyid

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*