Ustadz Wuntad W. Sembodo Beri Trik Mengajar Kreatif, Begini Caranya

STIDNATSIR.AC.ID – Untuk memberikan pembekalan dan peningkatan kualitas mengajar guru-guru mengaji, LTQ LPM STID Mohammad Natsir mengadakan Pelatihan Guru Ngaji Kreatif (Training of Trainer) kepada para guru dari berbagai instansi pendidikan, di Auditorium Kampus Putra STID Mohammad Natsir, Sabtu (15/12).

Pelatihan ini dibersamai langsung oleh Trainer Nasional, Ustadz Wuntad Wawan Sembodo, S.Ag. Ia menilai, mengajar dengan bercerita memiliki banyak manfaat bagi anak-anak apabila dikemas dengan menarik dan kreatif. Karena berkisah dapat melibatkan kepekaan audio, visual maupun kinestetik anak. Sehingga dapat dicerna dengan mudah oleh gaya belajar anak yang heterogen dalam satu kelas. Meski demikian, dalam berkisah tidak boleh terdapat unsur sarkastis dan dusta.

Da’i asal Yogyakarta tersebut juga mengungkapkan, sejatinya Al Qur’an juga mengajarkan umat Islam dengan menggunakan kisah yang paling baik sebagaimana yang Allah kabarkan pada ayat ketiga pada surat Yusuf. Bahkan dalam Al-Qur’an tercakup kisah-kisah masa lampau dan kisah masa depan.

Ia menegaskan, penting bagi seorang guru menguasai teknik bercerita dengan gaya unik seperti menirukan suara tokoh dalam cerita (harmoni suara), pelafalan artikulasi kata yang jelas, gerak tubuh yang atraktif, kelenturan tubuh, dan kesigapan. Mengajar dengan teknik bercerita bukanlah suatu bakat alami, namun butuh dilatih terus menerus asalkan memiliki kemauan.

“Bercerita bukan soal bakat, yang penting punya kemauan. Karena kita nggak tahu mana kisah kita yang menarik. Bisa jadi, kisah kita yang ke 100 adalah kisah yang menarik bagi anak-anak,” katanya.

Dalam mengajar anak, seorang guru harus mempertahankan “kefitrahan” anak. Anak usia dini memang fitrahnya bermain, bercanda, gerak aktif, dan tingkah kekanakan lainnya. Maka guru yang kreatif adalah yang mampu mengarahkan keaktifannya tanpa “membunuh” karakternya. Bisa jadi kenakalan remaja yang berujung kepada pergaulan bebas, merupakan dampak laten dari pengekangan pendidikannya saat di sekolah, lingkungan dan rumahnya.

Sebagai seorang guru yang mengajarkan keteladanan bagi anak didiknya, sudah seharusnya sang guru lebih dulu mencontohkan kebaikan pada anak didiknya. Lantas bagaimana sang anak ingin mencontoh keteladanan gurunya, apabila gurunya sendiri enggan memberikan teladan yang luhur.

Selain itu, agar siswa tidak merasa bosan, permainan outdoor dan indoor dapat menjadi alternatif pengajaran bagi guru. Ustadz Wuntad menyimulasikan beberapa referensi permainan menarik yang edukatif kepada para peserta pelatihan.

Pelatihan ini berjalan dengan sangat menarik. Para peserta menyimak dengan penuh antusias, dengan pembawaan yang atraktif dan jenaka ustadz Wuntad berhasil membuat para peserta bergelak tawa. Alhasil para peserta selain mendapatkan ilmu, juga mendapatkan hiburan.

Syukron Jazaakumullahu khoiron kepada ustadz Wuntad yang telah bersedia berbagi ilmu kepada kami semua di sini, juga kepada semua panitia. Semoga LTQ bisa mengundang kembali ustadz Wuntad untuk bisa kembali mengajarkan ilmu pada kami,” ungkap Sulistiyani, salah satu perserta pelatihan.

Mudir LTQ LPM STID Mohammad Natsir, Ustadz Jumroni Ayana, M.Ag mengatakan pelatihan ini merupakan upaya LTQ memberikan upgrading bagi para guru sekolah Islam. Ia mengutip sebuah survey penelitian yang dilakukan oleh Institut Ilmu Al Qur’an (IIQ) Jakarta, ditemukan data yang sangat memprihatinkan.

“Peningkatan buta huruf di Indonesia signifikan. Berdasarkan data penelitian tahun 2018, IIQ jakarta menyimpulkan bahwa jumlah umat Islam yang masih buta huruf Al Qur’an mencapai 64%. Kesimpulannya, setengah dari umat Islam di Indonesia belum bisa membaca Al Qur’an,” ungkapnya.

Menurutnya, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurangnya SDM guru mengaji, faktor usia, faktor internal seperti malu dan malas belajar, serta faktor eksternal yang salah satunya ialah arus globalisasi. []

Reporter: Faris Rasyid

Editor: Saeful R

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*