103 Da’i Alumni STID Mohammad Natsir Berda’wah Jaga Negara Kesatuan Republik Indonesia

Da’i merupakan ujung tombak dalam dakwah, sehingga mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan dakwah dan pembinaan ummat Islam pada umumnya. Hanya saja jumlah dan kualitas para da’i di negara kita jauh dari mencukupi terutama di daerah-daerah terpencil atau daerah-daerah pedalaman.

STID Mohammad Natsir adalah lembaga perguruan tinggi di bawah bimbingan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia yang giat menugaskan para aluminya untuk berda’wah ke daerah-daerah terpencil atau pedalaman di seluruh Indonesia. Program da’wah daerah terpencil atau daerah pedalaman ini merupakan program warisan pendiri Dewan Da’wah, Allahu yarham Mohammad Natsir.

Dalam berda’wah Mohammad Natsir selalu menyampaikan istilah yang sangat terkenal di kalangan Dewan Da’wah yaitu kata Binaan Wadifa’an, artinya membina dan mempertahankan. Dua pekerjaan ini menurutnya harus sekaligus dilakukan oleh para da’i dan umat. Membina yaitu melakukan da’wah dalam rangka pembinaan umat agar tetap berada di jalan Islam yang sebenarnya yaitu berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Mempertahankan yaitu mempertahankan Islam dari rongrongan aliran sesat dalam berbagai bentuk dan gerakannya.

Di samping itu, Dewan Da’wah juga sudah lama menggemakan motto ‘’Selamatkan Indonesia dengan Da’wah’’ dengan maksud untuk menegaskan bahwa jalan terbaik untuk menyelamatkan negeri ini adalah hanyalah dengan gerakan dakwah. Sebagaimana Allah menegaskan dalam firmanNya, “Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kalian orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang dari (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa. Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedangkan penduduk­nya orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS. Huud:116-117)

Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menerangkan bahwa maksud dari firman Allah Ta’ala di atas adalah, hendaknya ada sebagian orang dari orang-orang yang beriman yang senantiasa menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, agar umat manusia tidak tenggelam dalam kesesatan, dan sekaligus akan selamat dari murka Allah.

Seperti halnya dengan kondisi negeri kita Indonesia saat ini, harus diakui sedang berada di tepi jurang kehancuran. Kondisi memprihatinkan bangsa Indonesia saat ini tidak mungkin hanya bisa dipulihkan secara fisik melalui pembangunan yang bersifat material semata, namun lebih dari itu juga memperbaiki aspek rohani ataupun spiritual. Seperti ibarat kata, banyak orang yang pandai membangun konstruksi gedung, namun masih sedikit orang yang secara aktif membangun dan memberdayakan masyarakatnya.

Oleh karena itu, inilah tugas para da’i secara khusus dan juga umat secara umum dengan kapasitas yang dimilkinya, yakni berjuang menyelamatkan Negeri dengan da’wah, yang mana tugas da’wah ini panjang tak bertepi, yang se-usia dengan umur kehidupan kita, bahkan ke masa depan, yang kita sudah pasti tidak tahu lagi, bagaimana wajah dunia ini. Maka, tidak heran jika Hasan Al-Banna memotivasi para kader da’wah dengan statementnya,“Di dunia ini, dari banyaknya jumlah manusia, hanya sedikit saja dari mereka yang sadar. Dari sedikit yang sadar itu hanya sedikit yang ber-Islam. Dari sedikit yang ber-Islam itu hanya sedikit yang berda’wah. Dari mereka yang berda’wah lebih sedikit lagi yang berjuang. Dari mereka yang berjuang sedikit sekali yang bersabar. Dan dari mereka yang bersabar hanya sedikit sekali dari mereka yang sampai akhir perjalanan”

Pada tahun ini, Dewan Da’wah mengirim 103 da’i alumni STID Mohammad Natsir ke berbagai penjuru negeri. Mereka siap berda’wah menjaga dan merawat NKRI tercinta di batas-batas negeri.

Wahai para mujahid da’wah, selamat berjuang, selamatkan negeri dari keterpurukan. Sesungguhnya tanggung jawab besar ada di pundak kalian. Agama dan bangsa ini insyaAllah akan jaya apabila kalian benar-benar bejuang berdakwah dengan ikhlas dan sabar, ingatlah wahai para mujahid dakwah, keberhasilan dakwah tidak diukur dari seberapa banyak pengikut yang berhasil direkrut, tetapi lebih pada sejauh mana keikhlasan dan kesabaran kita sehingga tetap konsisten bersama dakwah.

Sebagaimana pesan Allahu yarham Mohammad Natsir dalam bukunya, Da’wah Dalam Prakteknya,”Setiap juru dakwah harus sanggup berjanji pada dirinya sendiri: “Demi Allah, sekali-kali tidak akan kutinggalkan tugasku ini, sampai perjuangan ini dimenangkan Allah atau aku hancur di dalamnya.” Demikian tekad yang harus bersemi dalam setiap juru dakwah dan umat Islam.” []

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*