Ustadz Abdul Somad Himbau Para Rektor Perguruan Tinggi Pelajari KKN STID Mohammad Natsir

STIDNATSIR.AC.ID – Dalam rangka mempererat tali ukhuwah antar keluarga besar Dewan Da’wah, Laznas Dewan Da’wah bekerja sama dengan institusi Dewan Da’wah lainnya mengadakan acara Silaturahim Akhir Tahun untuk menggelorakan kembali spirit haji wada kepada umat, di Asrama Haji Pondok Gede, Rabu (12/12).

Acara yang dihadiri ribuan peserta dari Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Dewan Da’wah, Jemaah Haji PT. Hudaya Safari Travel dan Donatur Laznas Dewan Da’wah tersebut, Hadir sebagai pembicara, Ustadz Abdul Somad, Lc, MA menyampaikan pesan filosofi yang tersirat dalam haji wada.

Menariknya, ustadz Somad juga mengkritisi regulasi KKN (Kuliah Kerja Nyata) di kebanyakan Perguruan Tinggi Nasional yang dinilai kurang integratif. Ia mengatakan, apabila tenaga pendidik ingin serius membina mahasiswanya, maka tempatkan mereka di pedalaman selama setahun bukan hanya dua bulan. Di sana lah mereka bekerja sama memberdayakan masyarakat pedalaman.

Mahasiswa Fakultas Da’wah benar-benar membina suku pedalaman, kemudian yang dari Fakultas Pertanian dan Peternakan (FaPertaPet) membuat karamba ikan, beternak ikan lele, kambing dan hewan ternak lainnya. Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi berinovasi mengalirkan listrik masjid tanpa bantuan minyak, diesel dan solar.

“Barulah tercipta integrated curriculum, integrasi antara kurikulum agama dan umum,” ujarnya.

Selain itu, ia juga menghimbau para Rektor Perguruan Tinggi untuk mempelajari Program KKN STID Mohammad Natsir.

“Dan ilmu da’wah itu langsung aplikatif. Sekolah Tinggi Ilmu Da’wah Dr. Mohammad Natsir tidak memberi ijazah sebelum anak-anak (mahasiswa) setahun berda’wah di pedalaman. Jadi bapak-bapak Rektor seluruh Indonesia, robahlah KKN yang dua bulan itu supaya ikut program da’wah STID,” seru da’i asal Riau tersebut.

Menurutnya, tidak salah orang kaya yang pergi haji lalu berlama-lama di sana. Namun mengabaikan suku-suku di pedalaman seperti suku akit, suku talang mamak, suku sakai dan suku lainnya tergolong sikap yang kurang baik. Maka hadirlah da’i-da’i pedalaman seperti ustadz Fadlan Gharamatan yang berda’wah di suku fak-fak. Inilah filosofi pesan dari Haji Wada.

Lantas ia menceritakan pengalamannya menyusuri pedalaman tempat suku talang mamak Riau dengan melakukan perjalanan darat selama 12 jam, kemudian menaiki sampan untuk masuk ke dalam selama 7 jam. Ia terkesan dengan da’i-da’i Dewan Da’wah yang menetap di sana selama bertahun tahun tanpa sinyal, listrik dan kebutuhan terbatas hanya untuk membina muslim di sana.

Bahkan selama sebulan mereka hanya dibekali uang 1 juta, untuk mengambil uang tersebut mereka harus ke kota. Sementara perjalanan kembali menuju suku talang mamak sendiri memakan biaya sebesar 800 ribu. Untuk itu ustadz Somad mengajak para hadirin untuk menginfaqkan hartanya di jalan da’wah membantu da’wah para da’i pedalaman. Ia mengutip sebuah hadits shohih riwayat Bukhori (2843) bahwa orang yang menyiapkan alat jihad di jalan Allah, maka ia juga akan memperoleh pahala jihad.

“Bapak tidak masuk ke pedalaman, tidak merasakan sakitnya tapi dapat pahalanya karena telah berinfaq. Seperti Utsman bin Affan yang menyumbang alat perang mendapat pahala (perang) Badr meski tidak ikut karena istrinya sedang sakit,” ucapnya.

Dalam silaturahim akhir tahun ini, Laznas Dewan Da’wah membuka peluang amal jariyah bagi para hadirin bagi yang ingin menyumbangkan hartanya di jalan da’wah. Animo para hadirin sangat antusias berkomitmen mendukung da’wah pedalaman dengan hartanya. Beberapa di antara mereka ada yang menginfaqkan hartanya senilai 500 juta, 300 juta, 250 juta dan jumlah fantastis lainnya. Alhamdulillah dengan izin Allah terkumpul dana da’wah lebih dari 4 miliar. []

Reporter: Faris Rasyid

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*