Simak! Nasehat Direktur Pesantren Mahasiswa dalam Momen Lailatul Qur’an

STIDNATSIR.AC.ID – Menyikapi waktu UAS ganjil yang semakin dekat, Bidang Tahfizh dan Pesantren Mahasiswa (Pesma) STID Mohammad Natsir mengadakan acara Lailatul Qur’an bagi mahasiswa asrama, di Masjid Wadhah Al Bahr Komplek Pusdiklat Dewan Da’wah Bekasi, Kamis (20/12).

Kepala Bidang Tahfizh, Ustadz Musmardi Afit, S.Kom.I mengatakan acara Lailatul Qur’an ini merupakan yang terakhir di semester ini sebelum pelaksanaan UAS dua pekan yang akan datang. Ia mengimbau mahasiswa agar bertaqorrub kepada Allah dan segera menginventarisir dan mempersiapkan hafalan-hafalan yang menjadi syarat pra UAS yang telah ditentukan bagi tiap semester.

Pembacaan hafalan matan hadits Arba’in An Nawawi

“Sebagai kader da’i Ilallah segala hal harus dipersiapkan dengan baik,” ujarnya.

Direktur Pesma Ustadz Imam Taufik Alkhotob, M.Pd.I memperingatkan kepada para mahasiswa agar tidak disibukan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat jelang UAS nanti, justru seharusnya mahasiswa lebih mengencangkan ikat pinggangnya. Selain itu, juga cekatan dalam segala hal terutama dalam sholat shubuh berjama’ah di masjid. Ia setuju dengan pendapat Ibnu Abbas, bahwa orang yang malas sholat shubuh bisa terindikasi kuat tergolong sifat nifaq.

Ia mengingatkan, UAS tidak dapat dianggap sebelah mata. Bagi yang tidak sungguh-sungguh akan tersungkur di pertengahan jalan. Apabila nilai mahasiswa tidak sesuai standar yang telah ditentukan kampus, maka mahasiswa bersangkutan dapat terancam drop out.

Pembacaan hafalan Al Qur’an

Ustadz Imam Taufik mengapresiasi mahasiswa yang bersungguh-sungguh mempersiapkan UAS dan mematuhi aturan kampus. Baginya tidak mudah bagi seorang kader da’i melaksanakan setiap regulasi kampus jika tidak dilatar belakangi keikhlasan dalam hatinya. Ia berharap para mahasiswa mendapatkan hasil terbaik dalam uas kali ini.

“bagi kalian yang bersungguh-sungguh, saya angkat topi,” ujarnya.

Kemudian ia menceritakan kisah Baqi bin Makhlad, seorang pemuda asal Andalusia yang melakukan perjalanan jauh ke Kota Baghdad demi mencari ilmu dari sesosok Ulama Besar yang namanya telah tersohor hingga negeri Andalusia, Imam Ahmad bin Hanbal.

Baqi bin Makhlad Al- Andalusi menempuh perjalanan yang sangat jauh ke Baghdad saat berusia 20 tahun. Ketika sampai di Baghdad ia sedih tidak dapat menimba ilmu dari Imam Ahmad karena tengah diisolir oleh Rezim mu’tazilah saat itu. Sehingga Imam Ahmad dilarang untuk mengajarkan ilmunya. Melihat kesungguhan Baqi, Imam Ahmad merasa kasihan. Beliau mempunyai ide agar bisa menyampaikan ilmu padanya yaitu dengan menyuruh Baqi menyamar menjadi pengemis agar tak dicurigai.

Pembacaan hafalan matan Tuhfatul Athfal

Kebiasaan tersebut terus berlangsung hingga rezim berganti kembali pada Ahlus Sunnah. Imam Ahmad bin Hanbal diizinkan kembali mengajrkan ilmunya pada khalayak. Sejak saat itu, Baqi bin Makhlad diperkenalkan di hadapan para muridnya sebagai orang yang berhak menyandang predikat penutut ilmu.

Dalam kegiatan lailatul Quran ini, selain memuroja’ah dan menghafal Al-Quran semalaman, juga terdapat penampilan para mahasiswa yang membacakan hafalan Al Qur’an, matan Hadits Arba’in An Nawawi, dan matan Tuhfatul Athfal. []

Reporter: Faris Rasyid

Editor: Saeful R

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*