Keluar dari Zona Nyaman

Bencana yang melanda Palu dan Donggala memang telah terjadi cukup lama, namun lukanya masih menganga. Masyarakat kehilangan wismanya serta masih memikul beban trauma, sehingga beberapa titik pengungsian dan daerah terdampak bencana masih menjadi destinasi favorit para relawan bencana.

Namun ada hal menarik. Secuil kisah inspiratif yang layak untuk diteladani. Saat melakukan kunjungan ke Palu dan Donggala untuk meninjau lokasi-lokasi bencana, Ketua STID Mohammad Natsir, Ustadz Dwi Budiman turut menjadi relawan bersama Tim Dewan Da’wah Palu (6-7/12), di Desa Ampe Maleko Donggala dan lainnya.

Seperti halnya relawan lain, ia juga mengikuti arahan yang diberikan. Selain itu, ia juga ikut mendistribusikan langsung bantuan kepada masyarakat. Bahkan saat itu ketika malam hari, ia menyempatkan diri mengupdate berita perkembangan kondisi pengungsi dengan menuliskannya dan mengirimkannya kepada kami sudah dalam bentuk berita reportase.

Baca berita reportasenya: Da’i Alumni STID Mohammad Natsir Bagikan Bantuan di Pedalaman Donggala

Meski memiliki jabatan prestisius, nyatanya sebagai seorang da’i ia tak sungkan bergabung dengan relawan, mengangkat logistik dan meringankan beban sesama. Justru memang semestinya seorang da’i harus peka terhadap lingkungan dan saling bahu-membahu dengan da’i lain.

Ketua STID Mohammad Natsir, Dwi Budiman Assiroji, M.Pd.I saat mendistribusikan bantuan bersama relawan di lokasi terdampak bencana Palu

Pemimpin harus siap dipimpin. Kami jadi teringat sebuah pesan yang pernah disampaikan oleh Kaprodi KPI, Ustadz Dr. Ujang Habibi saat menyampaikan sambutannya dalam acara Mubes BEM Ikhwan STID Mohammad Natsir periode 2017-2018 lalu.

Ia mengungkapkan, bahwa kebanyakan pemimpin sekarang banyak mengikuti pelatihan leadership, tapi absen mengikuti pelatihan followership. Sehingga ketika mereka tidak terpilih sebagai pemimpin, mereka tidak siap dipimpin. Padahal anggota yang hebat adalah yang bisa menjadikan pemimpinnya hebat.

Simak isi sambutan singkatnya: Berikan Sambutan dalam Mubes BEM Ikhwan, Dr. Ujang Habibi Wariskan Nasihat Kepemimpinan

Seperti halnya, Betapa banyak orang yang bersaing menjadi wakil/pemimpin rakyat di pentas perpolitikan. Namun ketika kalah dari pihak oposisi, ia tidak siap dipimpin (baca: nggak rela dipimpin). Akhirnya stress, latah bunuh diri, mencaci maki pemimpin, mengudeta pemimpin, dan berbagai reaksi rancu lainnya.

Betapa banyak pula pemimpin yang enggan ‘turun gunung’ menyingsingkan lengan bajunya untuk berkotor tangan, melihat lebih curam dan mendengar lebih seksama bagaimana kondisi di lapangan.

Maka penting bagi seorang tokoh untuk keluar dari zona nyaman menuju zona riskan. Betapa banyak orang-orang sukses —dalam perspektif Islam—, dahulu ketika masa mudanya menolak bertopang dagu di zona nyaman. Masa mudanya habis untuk memikul kepedihan belajar dan bekerja keras. Bukan pedih menjadi korban fakir cinta yang depresi akut ditinggal seseorang yang belum pasti jodohnya seperti sebagian kaum milenial sekarang. Agar di akhirat kelak menjadi saksi kepedihannya berjuang di dunia, bukan berharap testimoni netizen yang kompleks, semu dan tak ada rumus bakunya. (FR)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*