Pemuda Dewan Da’wah dan BEM STID M Natsir Adakan Seminar Mosi Integral Natsir, Sejarawan Masjumi Lukman Hakiem Kuak Kekuatan Sebenarnya Mosi Integral

STIDNATSIR.AC.ID – Tepat 69 tahun pasca M Natsir mencetuskan Mosi Integral pada 3 April 1950, Pemuda Dewan Da’wah bekerja sama dengan BEM STID M Natsir mengadakan seminar Mosi Integral Natsir di Auditorium Kampus Putra STID M Natsir, Rabu (3/4/2019).

Sejarawan Masyumi, Lukman Hakiem sebagai salah satu pembicara dalam seminar ini mengungkapkan, pada tahun 1945, NKRI masih angan angan karena Indonesia Timur masih dikuasai oleh Belanda. Republik Indonesia ketika diproklamirkan, banyak memperoleh rahmat dari Allah. Ketika Jepang kalah dari Sekutu, Indonesia tidak langsung diambil alih oleh pasukan Sekutu. Di masa vakum tersebut, Indonesia dapat memproklamirkan kemerdekaannya dan menjalankan administrasi kenegaraan di Jakarta.

Sejarawan Masjumi, Lukman Hakiem saat menyampaikan materinya

Setelah KMB, ada 2 mosi yang mengemuka pada saat itu. Mosi pertama datang dari PNI yang mengusulkan semua negara bagian membubarkan diri, kemudian bergabung ke Republik Indonesia (Jogja). Seluruhnya setuju kecuali negara Indonesia Timur dan Sumatera Timur. Sebagai negara bagian yang memiliki daerah geografis yang luas dan membentang, Indonesia Timur merasa tak diuntungkan karena harus melepas daerah miliknya bergabung dengan negara- negara bagian kecil lain.

Namun Natsir punya ide lain, ia mengusulkan semua negara bagian membubarkan diri lalu bersama membuat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang kemudian disebut dengan Mosi Integral. Mosi ini diterima oleh dua negara bagian tersebut, namun masalah lain muncul. Negara Republik Indonesia (Jogja) menolak setuju.

Jogja sebagai negara yang telah merdeka menolak bergabung dengan negara-negara bagian buatan Van Mook. Di masa dilema tersebut, Natsir berdiskusi semalam suntuk dengan pihak RI lalu mengajukan 2 opsi monumental yang menjadi kekuatan sebenarnya Mosi Integral.

“Di sinilah kekuatan Mosi Integral itu,” ujar sejarawan itu.

Baca juga : 69 Tahun Mosi Integral: Mengenang Perjuangan M. Natsir

Dua opsi itu antara lain: pertama, Perangi negara-negara bagian lain yang tidak mau bergabung dengan RI sampai mereka menyerah, tanpa memperdulikan berapa biaya perang yang terkuras dan korban yang jatuh. Atau kedua, dengan cara yang paling mudah. Semua negara bagian membubarkan diri, lalu bersama sama membentuk NKRI. Natsir juga mengatakan, meski daerahnya kecil, jogja memiliki pemimpin dan struktur kenegaraan.

Ketua STID M Natsir saat memberikan cinderamata kepada narasumber

Peristiwa ini menjadi bukti kepiawaian diplomasi M Natsir. NKRI dibentuk dengan cara yang bermartabat dan tidak ada pihak yang dipermalukan. Mosi ini didukung penuh oleh seluruh fraksi dari yang paling kanan Sahetapy Engel dari BFO hingga yang paling kiri, Ir. Sakirman dari PKI. Di usia 41 tahun, ia telah berani mengambil keputusan tersebut. Bung Karno mengatakan, tidak ada yang pantas menjadi perdana menteri NKRI selain Natsir. Karena ia memiliki konsepsi menyelesaikan masalah bangsa secara konstitusional.

Dalam seminar ini turut menjadi narasumber, Sejarawan dan Tenaga Ahli BAPPENAS, Dr. Pepen Irfan Fauzan, dan Peneliti Muda Dewan Da’wah, Kang Hadi Nur Ramadhan. []

Reporter : Faris Rasyid

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*