Ramah Tamah dengan Pimpinan STID Mohammad Natsir, Da’i Alumni Kisahkan Pengalaman Menariknya Saat Berda’wah

STIDNATSIR.AC.ID – “Saat istri saya mau melahirkan, saya bingung. Nggak ada siapa-siapa yang bantuin.” cerita Ustadz Rofiq dalam acara penyambutan da’i pengabdian pada Kamis (14/1/21) lalu, di Kampus Putra STID Mohammad Natsir Bekasi.

Sekolah Tinggi Ilmu Da’wah Mohammad Natsir menyambut kedatangan para da’i pengabdian yang telah menyelesaikan masa tugas pengabdiannya. Para da’i disambut oleh Pimpinan kampus, di antaranya: Ketua STID Mohammad Natsir, Dr. Dwi Budiman Assiroji, M.Pd.I., Wakil Ketua I Bidang Akademik, ustadz Imam Taufik Alkhotob., Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan, ustadz Aan Abdurrahman, M.Ag dan Kepala Bidang UKM, ustadz Musmardi Afit, S.Kom.I.

Dr. Dwi menyampaikan, bahwa penyambutan da’i merupakan agenda tahunan yang bertujuan agar para da’i dapat berbagi cerita mengenai pengalamannya berda’wah di tempat tugas masing-masing, selama setahun maupun dua tahun.

Kampus juga membuka diri untuk menerima masukan-masukan dari para da’i di lapangan terkait evaluasi akademik bagi kampus, agar menjadi modal da’i yang tepat guna.

Lantas, beliau mempersilakan para alumni STID Mohammad Natsir apabila ingin melanjutkan da’wahnya di tempat pengabdian. Dr. Dwi juga berharap apabila pulang ke kampung masing-masing, da’i dapat menjadi leader da’wah yang piawai bagi keluarga dan daerahnya.

ustadz Imam berpesan agar para alumni memilih tempat yang bisa berkontribusi 24 jam dalam jalan da’wah, serta tidak melupakan jiwa da’wah ketika mendapat kepercayaan dalam birokrasi pemerintahan. “Jadi setelah dari sini tetaplah berda’wah Ilallah memikirkan umat sampai akhir hayat, ” tutupnya.

Para da’i menceritakan pengalaman dan suka duka da’wahnya selama berda’wah. ustadz Muhammad Rofiq misalnya, yang harus membantu istrinya saat melahirkan tanpa bantuan orang lain saat bertugas di Pulau Buru, Maluku. “Saat istri saya mau melahirkan, saya bingung. Nggak ada siapa-siapa yang bantuin.” cerita Ustadz Rofiq. Kemudian ustadz Riris Gunardi yang berjuang mengajarkan Islam kepada anak-anak suku Talang Mamak, Riau.

Demikian juga dengan kisah ustadz Adly An Nashiri yang ditugaskan di Pulau Seram, Maluku harus menempuh jalan sejauh 50 kilometer menuju desa muslim yang sudah lama tidak mendapatkan pembinaan setelah puluhan tahun masuk Islam. Selain itu, kondisi ekonomi masyarakat juga sangat memprihatinkan. Karena perjalanan menuju ke lokasi dirasa sangat jauh dan membutuhkan biaya yang tak sedikit, ia berinisiatif melobi beberapa donatur yang siap menyuplai kebutuhan da’wah di sana, akhirnya dengan izin Allah sebuah perusahaan berkomitmen mendukung da’wah ustadz Adly. Menurutnya da’wah tidak hanya menyampaikan nilai melalui ceramah dan nasihat, membangun ekonomi masyarakat juga menjadi prioritas yang krusial bagi keberlangsungan hidup mad’u.

Disebabkan masih rawannya pandemi, dan masih bertugasnya beberapa da’i di tempat da’wah, Penyambutan da’i dilakukan secara bertahap. Nantinya, akan ada penyambutan da’i di kloter selanjutnya. Acara ini berlangsung dengan santai, pimpinan juga mengaku mendapatkan semangat baru tiap mendengar kisah kisah menarik saat da’i menceritakan pengalaman da’wahnya. [FR]

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*