Antara Tunas yang Akan Berkembang dan Pelepah yang Akan Tumbang

Oleh: Rusdiyadi Masang (Pengajar Akademi Da’wah Indonesia Kupang-NTT)

Waktu adalah kendaraan yang berjalan tiada henti. Menghantarkan kehidupan dari musim ke musim, zaman ke zaman. Menggilas peradaban lama untuk wujud peradaban yang baru. Waktu jua lah yang menghantarkan setiap generasi manusia beralih ke generasi berikutnya.

Di antara umat, haruslah ada bimbingan bagi pemimpin, meski telah dituntun oleh iman. Sebagaimana Rasulullah membimbing umat, lalu dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin, dan khalifah-khalifah setelahnya.

Hari ini kita ketahui, telah banyak yang terlahir di negeri ini, komunitas dan organisasi Islam. Semua berjuang menegakkan ajaran Islam di bumi pertiwi ini. Sebagaimana harapan dari jiwa-jiwa para pejuang, perjuangan harus berlanjut hingga titik akhir perputaran bumi. Maka regenerasi kepemimpinan menjadi hal yang sangat penting dalam perjuangan.

Seorang tokoh besar pembimbing umat, Mohammad Natsir, berpesan:

“Umur umat lebih lama dari umur seorang pemimpin. Umur pimpinan umat harus lebih lama dari umur seseorang yang pada satu masa memikul pimpinan.”

“Bukan kemegahan yang hakiki bagi pemimpin, apabila selama ia ada, pimpinan berjalan dengan baik, sehingga nama dan usaha pimpinannya berjalan di hati rakyat/umat, sebagai dua hal yang tak dapat dipisahkan. Namun tatkala suatu saat dia tak ada lagi, segala sesuatu menjadi berantakan dan kacau balau, umat yang dipimpinnya dihinggapi penyakit bingung dan kuatir lantaran “beliau” tak ada lagi. Demikian pemimpin yang jaya pada masanya tanpa pengkaderan, bagaimana dengan pemimpin yang kehancuran terjadi pada masanya, maka bagaimana setelahnya?”

“Memang, mengumpulkan dan membimbing sebanyak-banyaknya pengikut adalah kewajiban pemimpin. Lebih dari itu, kewajibannya yang utama adalah menyuburkan tumbuhnya pengganti, yang akan menyambung pimpinannya kelak.”

“Fungsi pemimpin tua bukan untuk mematahkan, melainkan membentuk penyambutan. Tiap-tiap persambungan bukan berarti perceraian, akan tetapi pertemuan dan berangkainya dua ujung. Antara tunas yang akan berkembang dan pelapah yang akan turun, menurut sunnatullah yang tak dapat dielakkan, ada persambungan.”

“Dengan dasar pandangan yang demikian, kita harus melihat proses persambungan tenaga pimpinan yang sedang berlaku di daerah-daerah sekarang ini. Maka, kepada tunas muda kita berikan udara dan cahaya yang secukupnya untuk berkembang mekar.”

“Perlu kita ketahui, bahwa terkadang “si tunas muda”, biasanya enggan mengakui secara lahir, sebagai pembawaan usia mereka, bahwa mereka perlu pada “lindungan” pelepah dari angin-ribut yang mendatang, tapi tak urung harus kita berikan atas dasar ukhuwah kecintaan.” (Panji Masyarakat No. 582, 7-16 Zulhijjah 1408, 21-30 Juli 1988

Pesan itu ditutupnya dengan kalimat: “Belum sempurna tunai kewajiban kita sebagai pemimpin, sekiranya kita belum berpikir dan bertindak seperti itu.

Dari tiap untaian kalimat nan indah ini, kiranya menjadi bagian terpenting untuk dihayati oleh setiap pemimpin. Bahwa untuk menjadikan kepemimpinan yang ideal, seorang pemimpin hendaknya mampu menciptakan pemimpin terbaik yang siap memimpin di masa setelahnya.

Sebagai pemimpin yang baik, hendaknya menjadikan diri sebagai pelepah yang melindungi setiap tunas-tunas muda yang muncul, merawat dan mengarahkan arah pertumbuhannya, hingga sampai saatnya pelepah melepaskan diri dari batangnya, sang tunas muda telah siap menghadapi segalanya yang ada.

Kupang, 29 Agustus 2021

Sumber gambar : wallpaperbetter.com

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*