TIGA PESAN PENTING BAGI KADER DA’I DARI RAKORNAS DEWAN DA’WAH 2022

 

Tahun 2022 ini Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia melaksanakan Rapat Kordinasi Nasional (Rakornas) di Padang Sumatera Barat selama tiga hari, tanggal 24, 25 dan 26 Februari 2022. Dalam pengamatan saya selama mengikuti Rakornas tersebut, ada tiga pesan penting bagi para kader da’i, yaitu:

Pertama, Pentingnya prinsip da’wah ilallah.
Adalah Buya Mas’oed Abidin, seorang ulama tanah Minang dan kader langsung Mohammad Natsir, yang pertama kali menyampaikan hal ini di arena Rakornas. Dalam tausyiahnya pada pembukaan Rakornas, Buya Mas’oed mengingatkan akan wasiat terakhir Pak Natsir yang menekankan tentang pentingnya da’wah ilallah ini. Buya Mas’oed bercerita, saat itu, dalam acara Rakornas Dewan Da’wah, diputarkan satu video tausyiah dari Pak Natsir. Dari atas tempat tidur rumah sakit tempat Pak Natsir dirawat, beliau memesankan: Da’watunaa, da’wah Ilallah. Pesan ini pula yang kemudian disampaikan Buya Mas’oed kepada para peserta Rakornas. “Kekuatan kita, apapun lembaga kita, siapapun yang kita hadapi, adalah Da’watunaa, da’wah ilallah,” ucap Buya Mas’oed.

Pesan tentang pentingnya da’wah ilallah ini kembali ditekankan Ketua Umum Dewan Da’wah, Ustadz Dr. Adian Husaini. Berkali-kali, dalam beberapa pidatonya selama Rakornas. Ustadz Adian mengatakan bahwa prinsip da’wah ilallah inilah yang menumbuhkan keikhlasan dalam jiwa para da’i Dewan Da’wah. “Saya merasakan inilah yang menjadi ciri khas Dewan Da’wah, suasana keikhlasan yang sangat nampak. Saya tidak menemukannya di tepat lain,” ujarnya dalam sambutan Ketua Umum.

Kedua, Pentingnya kemampuan manajemen dan organisasi.
Tagline Rakornas Dewan Da’wah kali ini adalah Menguatkan Organisasi, Memperkokoh NKRI. Tagline pertama, Menguatkan Organisasi, menjadi pesan yang sering dibahas selama Rakornas. Ini disebabkan karena bagi satu organisasi sebesar Dewan Da’wah, yang strukturnya mencakup seluruh wilayah di Indonesia, koordinasi amatlah penting. Agar koordinasi itu berjalan baik, diperlukan kemampuan manajemen dan organisasi dari para da’i yang menjadi pengurus Dewan Da’wah, baik di Pusat maupun di Daerah.

Kemampuan manajemen dan organisasi ini juga penting, agar gerakan da’wah dapat berjalan efektif dan efisien. Program-program da’wah dapat dilaksanakan dengan baik, tepat sasaran dan hemat sumber daya. Tidak ada overlapping antar unit, maupun antar pribadi da’i dengan da’i lainnya. Semuanya terkoordinir dalam satu sistem yang berjalan rapih. Sehingga akan menghindarkan gerakan da’wah dari pergesekan, keretakan bahkan perpecahan internal.

Terkait dengan hal di atas, Ketua Pembina Dewan Da’wah, Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, dalam sambutannya memberikan nasehat: “Allah SWT tidak mencintai kita semua, jika kita berdakwah tetapi tidak peduli pada aspek keharmonisan dan kesepaduan dalam gerak dan langkah dakwah. Akibatnya, akan banyak energi terbuang, dan aktivitas dakwah itu tidak saling menguatkan untuk tercapainya tujuan-tujuan dakwah. Karena itu, pengurus Dewan Da’wah, baik di pusat maupun daerah, perlu terus melakukan shilatul fikri dan shilatul qalbi, agar terwujud wihdatul fikri dan wihdatul harakah dalam gerak dakwah kita.”

Ketiga, Pentingnya mempelajari perjuangan para pendahulu.
Salah satu acara penting dalam Rakornas Dewan Da’wah kali ini adalah penetapan rumah kelahiran Bapak Mohammad Natsir yang terletak di Lembah Gumanti Alahan Panjang, sebagai destinasi wisata sejarah. Hal ini dilakukan dengan harapan, sosok Pak Natsir semakin dikenal luas, terutama oleh generasi muda, sehingga mereka dapat mempelajari perjuangan Pak Natsir dan pada akhirnya menjadikan Pak Natsir sebagai teladan.

Ini pula yang berulang kali ditekankan Ketua Umum, Ustadz Adian Husaini. Bahkan dalam beberapa kesempatan pidatonya, Ketua Umum membeberkan beberapa kisah menarik dari para pendahulu kita untuk diambil pelajaran dari kisah-kisah tersebut. “Kita sering mendengar tajamnya perbedaan pendapat antar Bapak-bapak kita, bahkan saling gebrak meja. Tapi aneh, setelah selesai mereka saling tersenyum, seperti biasa lagi, ini luar biasa,” ujar Ustadz Adian.

Wakil Ketua Umum Dewan Da’wah, Ustadz Dr. Imam Zamroji, dalam kuliah subuhnya juga menekankan hal yang sama. Bahwa bagi kita, generasi pelanjut, penting memahami dan mengikuti perjuangan para pendahulu kita. Apalagi ketika tokoh-tokoh Dewan Da’wah, satu-persatu diwafatkan Allah Ta’ala. Maka kita sebagai generasi penerus harus tetap istiqomah di jalan da’wah, jalan yang telah dilalui para pendahulu kita itu. Dalam tausyiahnya, Ustadz Imam mengatakan bahwa ketika Pak Natsir Allah Ta’ala wafatkan, Pak Anwar Harjono kemudian menyampaikan firman Allah Ta’ala dalam surah Al-Ahzab ayat 23 kepada pengurus Dewan Da’wah, sebagai pengingat.

مِّنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ رِجَالٞ صَدَقُواْ مَا عَٰهَدُواْ ٱللَّهَ عَلَيۡهِۖ فَمِنۡهُم مَّن قَضَىٰ نَحۡبَهُۥ وَمِنۡهُم مَّن يَنتَظِرُۖ وَمَا بَدَّلُواْ تَبۡدِيلٗا ٢٣

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya).”

Demikianlah tiga pesan bagi kader da’i dari arena Rakornas Dewan Da’wah tahun 2022. Semoga bermanfaat. (Dwi Budiman/Ketua STID Mohammad Natsir)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*