Ketua STID M Natsir Jadi Pembicara Tamu di Raker Ponpes eLKISI

STIDNATSIR.AC.ID – Pondok Pesantren (Ponpes) eLKISI Mojokerto menggelar Rapat Kerja ke VII pada Ahad hingga Senin, (6-7/1). Dalam acara yang dilaksanakan di Hotel Ayyana Trawas Mojokerto ini, Ketua STID M Natsir, Ustadz Dwi Budiman Assiroji, M.Pd.I. diundang sebagai salah seorang pembicara tamu. Pembicara tamu lainnya adalah Bapak Ahmad Hariadi, konsultan pendidikan, dan Bapak Nurbowo, Pegiat media sosial dan Manajer Laznas Dewan Da’wah Pusat.

Dalam sambutannya, Direktur Ponpes eLKISI, Ustadz Fathur Rohman, M.Pd.I. menjelaskan bahwa diundangnya Ketua STID M Natsir dalam Raker ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang pengelolaan Perguruan Tinggi. “Karena sesuai hasil Raker kita 4 tahun yang lalu, tahun 2019 kita harus sudah mendirikan Perguruan Tinggi,” ujarnya.

Direktur Ponpes eLKISI, Ustadz Fathur Rohman, M.Pd.I. saat menyampaikan sambutannya

Ia menjelaskan bahwa konsep pendidikan di Ponpes eLKISI dan di STID M Natsir ada kesamaan, “Kita sama-sama menyiapkan kader da’i,” terangnya.

Ketua STID M Natsir berbicara tentang Urgensi Kaderisasi Da’i dan Konsep Kaderisasi di STID M Natsir. Dalam pemaparannya, ia menjelaskan tentang pentingnya mengkader sebanyak mungkin da’i, “Karena daerah-daerah di Indonesia masih banyak yang memerlukan kehadiran seorang da’i,” ujarnya.

Ketua STID Mohammad Natsir, Ustadz Dwi Budiman Assiroji, M.Pd.I saat memaparkan materinya

Salah satu buktinya adalah banyaknya permintaan da’i ke Dewan Da’wah setiap tahunnya. Karena itu ia sangat setuju jika Ponpes eLKISI segera mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Da’wah, “Saya yakin di Ponpes eLKISI banyak calon-calon da’i yang siap disebarkan di seluruh Nusantara,” tegasnya dihadapan 200 an peserta Raker.

Ia juga menjelaskan tahapan kaderisasi da’i di STID M Natsir. Terdiri atas tiga tahapan selama enam tahun, masing-masing tahapan ditempuh selama dua tahun. Tahap pertama, para mahasiswa diberikan ilmu tentang dasar-dasar keislaman, seperti akidah, ilmu Al Qur’an, ilmu hadits. Juga dasar ilmu da’wah seperti fiqhud da’wah, tafsir ayat da’wah dan tafsir hadits da’wah. Di tahap ini mahasiswa juga mulai diwajibkan melakukan praktikum da’wah dengan mengelola TPA yang ada di sekitar kampus.

Baca juga: Tertarik Program Kaderisasi Da’i, Yayasan Da’wah Islam Malaysia Kunjungi STID Mohammad Natsir

Tahap kedua, mahasiswa wajib tinggal di luar asrama untuk melaksanakan program Komunitas Pecinta Masjid (KPM). Tujuannya agar mahasiswa dapat berlatih menjadikan masjid sebagian pusat gerakan da’wah. Juga agar mahasiswa mulai berinteraksi dengan masyarakat dan masalah da’wah yang ada di dalamnya. Di tahap ini pula mahasiswa diwajibkan mengikuti program Kafilah Da’wah. Berupa penugasan da’wah selama dua bulan ke pedalaman secara berkelompok. Tujuannya agar mahasiswa memiliki pengalaman berda’wah di pedalaman sebagai bekal mereka melaksanakan pengabdian Da’wah di tahap selanjutnya.

Penyerahan cinderamata dari direktur Ponpes eLKISI kepada Ketua STID Mohammad Natsir

Tahap ketiga mahasiswa ditugaskan berda’wah selama dua tahun di daerah pedalaman, perbatasan atau minoritas muslim. Untuk tahap ketiga ini, program langsung berada dibawah koordinasi Bidang Da’wah Dewan Da’wah Pusat.

Setelah Ketua STID M Natsir memaparkan materinya, Ustadz Fathur Rohman menanggapi bahwa apa yang dilakukan STID M Natsir sejalan dengan apa yang dilakukan oleh Ponpes yang dipimpinnya, “Sepertinya kita ini sudah klop,” selorohnya diiringi tawa hadirin.

Suasana Rapat Kerja ke VII Pondok Pesantren (Ponpes) eLKISI Mojokerto

Semoga kerjasama Da’wah antara STID M Natsir dan Ponpes eLKISI dapat terus terjalin guna meningkatkan gerakan da’wah di Indonesia. []

Reporter: Dwi Budiman

Editor: Faris Rasyid

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*