Metode Evaluasi Da’wah, Begini Langkahnya! (Part 1)

Para da’i mendambakan kegiatan da’wahnya mengalami keberhasilan, baik itu dari sisi kualitas maupun kuantitas. Namun beberapa kita lihat yang terjadi justru di luar harapan. Sebagian kegiatan da’wah berjalan di tempat, atau bahkan mengalami kemunduran. Tidak jarang para da’i merasakan kegundahan, problem apa yang sebenarnya terjadi di tengah umat. Di sinilah pentingnya para da’i melakukan evaluasi dalam da’wah untuk mengetahui sejauh mana problematika da’wah di lapangan.

Evaluasi adalah sebuah kegiatan pengumpulan data atau informasi, untuk dibandingkan dengan kriteria, kemudian diambil kesimpulan. Kesimpulan inilah yang disebut sebagai hasil evaluasi. Sebagian aktifis da’wah melakukan evaluasi da’wah secara sederhana. Hal tersebut sudah baik namun memiliki titik kelemahan, yakni tidak bisa memandang problem secara utuh dan tepat sasaran. Evaluasi yang dilakukan masih bersifat parsial, spekulatif, dan bernuansa perasaan.

Baca juga: Nasehat untuk Da’i yang Meninggalkan Medan Da’wah

Maka, sangat urgen jika dewasa ini para da’i mulai melakukan evaluasi da’wah dengan metode penelitian evaluatif. Mengapa, lantaran evaluasi model ini memandang permasalahan da’wah secara utuh dan terstruktur. Menurut Arikunto (2013: 36), penelitian evaluatif menuntut persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu adanya kriteria, tolak ukur, atau standar, yang digunakan sebagai pembanding bagi data yang diperoleh, setelah data tersebut diolah dan merupakan kondisi nyata dari objek yang diteliti. Kesenjangan antara kondisi nyata dengan kondisi harapan yang dinyatakan dalam kriteria itulah yang dicari. Dari kesenjangan tersebut diperoleh gambaran apakah objek yang diteliti sudah sesuai, kurang sesuai, atau tidak sesuai dengan kriteria.

Manfaat Penelitian Evaluatif

Manfaat Penelitian Evaluatif dalam da’wah adalah untuk mengetahui keterlaksanaan kegiatan da’wah. Penelitian ini juga bisa mengungkap apa penyebab suatu kegiatan da’wah tidak berjalan, apa sisi kelemahannya, dan kalau lemah dimana titik lemahnya itu. Kelak berdasar hasil penelitian semacam ini, da’i dapat memperbaiki unsur-unsur yang lemah tersebut sehingga dapat meningkatkan mutu suatu kegiatan da’wah ke depannya.

Dalam melaksanakan penelitian evaluatif, da’i diharapkan dapat “berpikir sistemik”, artinya memandang objek yang diteliti sebagai sebuah sistem, yaitu sebuah unit yang terdiri dari beberapa komponen yang saling kait-mengait dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan. Yang dimaksud dengan komponen dalam hal ini adalah faktor-faktor yang merupakan pendukung tercapainya tujuan.

Dalam pembahasan selanjutnya, penulis akan mengajak pembaca untuk memahami secara aplikatif bagaimana langkah dalam melakukan evaluasi da’wah. (Saeful R)

Gambar: belaquran.com

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*