Ketua STID Mohammad Natsir Ikuti MUNAS I Asosiasi Kampus Berbasis Akhlak Mulia

 

STIDNATSIR.AC.ID – Bertempat di Hotel Syariah Solo, digelar Musyawarah Nasional I Asosiasi Kampus Berbasis Akhlak Mulia (AKBAM) pada SABTU, (10/04/21). AKBAM adalah satu asosiasi lembaga pendidikan tinggi Islam yang memiliki komitmen untuk menjadikan akhlak mulia sebagai nilai utamanya (core value). Asosiasi ini didirikan dan diketuai oleh tokoh pendidikan Islam nasional, Dr. Adian Husaini, M.Si. STID Mohammad Natsir menjadi salah satu inisiator dan anggota AKBAM. Karena itu, dalam Munas I ini, Ketua STID Mohammad Natsir, Dr. Dwi Budiman Assiroji, M.Pd.I. berkesempatan ikut hadir didampingi oleh Ketua Bidang Pendidikan Dewan Da’wah Pusat, Dr. Ujang Habibi, M.Pd.I.

Ketua STID Mohammad Natsir, Dr. Dwi Budiman Assiroji, M.Pd.I saat menghadiri MUNAS I AKBAM
Ketua STID Mohammad Natsir, Dr. Dwi Budiman Assiroji, M.Pd.I saat menghadiri MUNAS I AKBAM

Ustadz Adian Husaini dalam pengantarnya menyampaikan bahwa ke depan banyak yang memprediksi Indonesia akan menjadi kekuatan dunia ke empat dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Pertanyaannya kemudian, ketika Indonesia menjadi kekuatan besar itu, dimana posisi umat Islam Indonesia?. Maka dari sini diperlukan langkah untuk menyiapkan SDM muslim unggul. Maka lembaga pendidikan Islam yang berhimpun dalam AKBAM ini diharapkan dapat menghasilkan SDM muslim unggul itu.

Ketua Umum Dewan Da’wah ini juga menjelaskan bahwa dunia pendidikan harus menjadi konsentrasi utama, sebab dalam sejarah Indonesia, Belanda pernah melakukan proses westernisasi pendidikan melalui program politik etis. Program ini menurut Pak Natsir dapat menjauhkan umat Islam dari agamanya. Hal ini kemudian terbukti. Maka tokoh-tokoh Islam sebelum kemerdekaan memutuskan untuk mendirikan Pendidikan Tinggi Islam pada tahun 1944. Lembaga ini yang sekarang dikenal dengan UII Jogja.

Dapat dikatakan, kata Ustadz Adian, hingga hari ini dampak dari politik etis Belanda itu masih sangat terasa di dunia pendidikan Indonesia. Yang dalam bahasa Prof. Naquib Alattas salah satunya terlihat dari kondisi perguruan tinggi yang menjadi simbol kedzaliman manusia, sebab perguruan tinggi tidak menghasilkan manusia seutuhnya, namun menghasilkan manusia sekular, manusia berjiwa pekerja. Sistem yang sangat formal dan linier juga menjadi masalah lain dalam dunia pendidikan kita. Maka Ustadz Adian mendorong agar AKBAM harus memberikan solusi dari masalah ini.

Ketua Umum Dewan Da’wah, Dr. Adian Husaini saat menyampaikan pidatonya di MUNAS I AKBAM

Ustadz Adian kemudian menjelaskan bahwa pengaruh sekularisasi pendidikan juga berimbas pada ukuran kualitas sebuah pendidikan tinggi. Dimana indikator yang digunakan melulu bersifat keduniaan. Sementara iman, takwa dan akhlak mulia tidak menjadi ukuran. Padahal inilah yang harusnya menjadi nilai utama. Masalahnya adalah perguruan tinggi Islam tidak percaya diri dengan keunggulan iman, takwa dan akhlak mulia ini. Maka AKBAM ini harus mendorong anggotanya untuk percaya diri dengan keunggulan iman, takwa dan akhlak mulianya. Disamping terus meningkatkan kualitas keunggulan masing-masing kampus. AKBAM juga harus menjadi Public Relation untuk mengkampanyekan anggotanya sebagai kampus terbaik, sehingga dapat menarik minat anak-anak terbaik.

Ustadz Junaedy sebagai Ketua Panitia Munas menjelaskan bahwa acara ini sesungguhnya sudah direncanakan sejak setahun lalu. Karena AKBAM ini dideklarasikan akhir Ramadhan tahun lalu. Namun karena adanya pandemic Covid 19, maka baru dapat dilaksanakan hari ini. Ia berharap dari Munas ini akan lahir satu rumusan penting dalam perkembangan pendidikan Islam di Indonesia, terutama untuk memperkuat akhlak mulia sebagai nilai utama.

Sementara Ustadz Mulyanto sebagai sekretaris AKBAM menjelaskan bahwa pendirian AKBAM diawali dari satu diskusi nasional bertema Perguruan Tinggi Islam Ideal pasca pandemik Covid 19 satu tahun yang lalu. Dari hasil diskusi tersebut, disepakati perlunya sebuah perkumpulan lembaga pendidikan tinggi Islam yang konsen dan komitmen untuk menjadikan akhlak mulia sebagai kriteria utama. Tujuannya agar antar lembaga pendidikan tinggi itu dapat saling bekerjasama untuk saling menguatkan. Sehingga diharapkan lembaga pendidikan tinggi Islam ke depan semakin berkualitas. Maka pada Munas I AKBAM ini tema yang diambil adalah Momentum Kebangkitan Perguruan Tinggi Islam.

Ustadz Mulyanto menjelaskan bahwa seluruh anggota AKBAM harus memiliki komitmen menghasilkan alumni yang memiliki akhlak mulia. Sehingga akhlak mulia ini menjadi nilai utama dalam proses pendidikannya dan menjadi standar kelulusan. Namun demikian, masing-masing lembaga pendidikan tinggi itu juga diharapkan memiliki keunggulannya masing-masing, baik dalam ilmu syar’i ataupun ilmu duniawi.

Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan musyawarah seluruh anggota AKBAM untuk merumuskan langkah-langkah strategis dan taktis ke depan.

Melalui Konferensi Pers yang digelar Pasca musyawarah seluruh anggota AKBAM, Dr. Adian menyampaikan beberapa hasil Musyawarah yang telah dirumuskan. Di antaranya, Iman, taqwa dan akhlaq mulia sebagai kompetensi dan target utama pengaderan dalam kampus yang menjadi anggota AKBAM.

Sebenarnya di pondok-pondok pesantren tiga kompetensi tersebut sudah menjadi acuan utama peningkatan kualitas dan keberhasilan pendiikan. Akhlaq mulia mendapat nilai lebih dibanding kekurangan nilai akademik seseorang.

Indikator-indikator krusial yang harus ditanamkan oleh mahasiswa ialah tertib sholat lima waktu, berakhlaq baik, merutinkan sholat malam. Selain itu, niat ikhlas dalam belajar, zuhud, jujur, amanah, memiliki jiwa dakwah dan perjuangan, cinta kebersihan, tidak lemah dan tidak malas, serta beradab pada guru orang tua dan mahasiswa.

Kemudian, Kampus yang menjadi anggota AKBAM sepakat untuk menonjolkan kompetensi keunggulan yakni unggul dalam komunikasi lisan maupun tulisan, kemampuan IT dan kemampuan bilingual, Bahasa Arab dan Inggris, serta memiliki jiwa kemandirian. Anggota AKBAM juga sepakat agar peserta didik masing-masing Kampus memiliki keahlian sesuai spesialisasinya. [DB]

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*