Peringati 113 Tahun Mohammad Natsir, Dewan Da’wah Gelar Webinar Selama Sepekan

STIDNATSIR.AC.ID – Dalam memperingati 113 tahun Mohammad Natsir. STID Mohammad Natsir bekerjasama dengan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia menggelar Webinar Sepekan Bersama Mohammad Natsir yang bertema “Menyongsong  113 Tahun Mohammad Natsir” pada Ahad (11/7/2021).

Webinar ini akan diisi oleh 12 narasumber. Adapun dua tokoh narasumber yang dihadirkan merupakan putra dan putri dari Allah yarham Mohammad Natsir, yaitu Fauzi Natsir dan Aisyah Natsir. Acara ini terbagi menjadi dua sesi, dimulai dari pukul 08.00-11.00 dan sesi kedua dilanjutkan pada 20.00-22.00. Webinar disiarkan melalui Aplikasi Zoom dan Streaming di Channel YouTube Dakho TV

Acara ini berlangsung selama sepekan dan terbagi dalam 14 sub tema. Pada pembukaan Webinar ini, tema yang dibahas ialah Intelektualitas dan Kepribadian Mohammad Natsir. Acara dimulai dengan pembukaan dan sambutan oleh Dr. Dwi Budiman Assiroji, M.Pd.I selaku Ketua STID Mohammad Natsir pada Opening Speech yang disampaikan, ia mengatakan bahwa tujuan diadakannya acara ini bertujuan untuk  menyosialisasikan pemikiran Mohammad Natsir, mengambil pelajaran dari pemikiran Mohammad Natsir dan menerapkan ide-ide Pak Natsir dalam gerakan dawah.

Mengutip pernyataan dari salah satu Narasumber, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia  Periode 2020 – 2025, Dr. Adian Husaini, M.Si mengatakan bahwa Mohammad Natsir adalah sosok yang unggul yang sangat  mewakili seluruh sila di dalam Pancasila. Beliau adalah mata air keteladanan karena selalu ada hal atau sesuatu yang baru dari kisah perjalanan kehidupannya.

Sepenggal kisah yang ia ceritakan tentang pengalamannya terhadap Mohammad Natsir yaitu
Ketika datang kabar wafatnya beliau. ia pergi dengan meninggalkan pemikiran dan jasa yang besar bagi bangsa ini. Ia pun dikenal sebagai sosok pegawai pemerintah yang senantiasa hidup dalam kesederhanaan. Kabar wafatnya Pak Natsir terdengar hingga ke Negara Tirai Bambu. Salah satu Perdana Menteri dari Negara ini pun menyatakan bela sungkawa dalam pesan tersurat atas meninggalnya Mohammad Natsir. Isi dari surat tersebut  mengatakan bahwa wafatnya Mohammad Natsir lebih dahsyat dari kejadian bom Hiroshima. Hal itu tergambar dari bagaimana hebatnya peran dan kiprah dari sosok bapak NKRI tersebut.

Mohammad Natsir merupakan sosok yang memiliki peran dan pengaruh besar dalam sejarah Indonesia. Tercatat, beliau pernah menjabat sebagai mantan perdana menteri kelima di Indonesia. Beliau adalah tokoh ulama, intelektual serta negarawan yang sangat disegani dan terkenal dengan gerakan integralnya. Selain pernah menjabat sebagai perdana menteri, beliau juga pernah dipercaya memimpin partai Masyumi di tahun 1945 hingga tahun 1960. Pada tahun 2008 beliau mendapatkan gelar sebagai Pahlawan Nasional dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Dr. Adian berharap, seluruh mahasiswa  agar bisa menerapkan pemikiran-pemikiran dan keteladanan dari Pak Natsir. Tokoh seperti beliau ini harus dilahirkan kembali dengan cara memperhatikan dan mengamalkan apa yang Pak Natsir lakukan di kehidupannya. Sejak kecil, ia sudah dikenal sebagai sosok yang aktif dalam organisasi islam dan kepemudaan. Tercatat ia pernah tergabung ke dalam beberapa organisasi pemuda Islam. Tak hanya aktif di bidang organisasi kepemudaan, Natsir juga memiliki ketertarikan mendalam pada dunia pendidikan dan Islam.

Kemudian ia juga memiliki kesempatan untuk menyuarakan aspirasinya dalam bidang politik ini. Pak Natsir juga merupakan salah satu tokoh yang menyampaikan pendapat tentang pentingnya menjadikan Islam sebagai ideologi atau landasan suatu negara.

Menurut pendapatnya, agama seharusnya dijadikan sebagai pondasi dalam mendirikan sebuah negara, yang mana dalam hal ini adalah agama Islam, bukan hanya sebuah sistem peribadatan antara manusia sebagai ciptaan dan Tuhan sebagai penciptanya saja. Islam bukan hanya sebuah sistem peribadatan, namun lebih kompleks dan lebih sempurna dibandingkan itu.

Sosok pak Natsir juga dikenal dengan sosok yang sangat peduli dan mementingkan Sekolah Tinggi Islam. Hal yang mendorong Mohammad Natsir terjun ke dunia pendidikan adalah keinginannya membangun satu sistem yang lebih sesuai dengan hakikat ajaran Islam. Hal itu muncul setelah ia melihat akibat dari sistem pendidikan tradisional dalam pesantren dan madrasah yang tidak dapat memenuhi hajat masyarakat.

Pendidikan Islam, menurutnya ditujukan untuk membentuk manusia yang seimbang. Yaitu seimbang kecerdasan otaknya dengan keimanannya kepada Allah dan Rasul dan juga ketajaman akalnya dengan kemahiran tangan untuk bekerja. Oleh karena itu, untuk mendidik umat yang berkualitas dibutuhkan juga tenaga pendidik yang berkualitas. Ia mengatakan bahwa kemajuan suatu bangsa berhasil karena dididik oleh guru yang berkualitas dan hebat di bidangnya.

Sebagai penutup, Dr. Adian Husaini menyampaikan ada 3 Aset Keteladanan Mohammad Natsir yang harus kita amalkan dan praktikan di dalam kehidupan yaitu Aset Intelektual (pemikir hebat), Aset Keteladanan (Guru yang Hebat, Dai’ yang Hebat, Politisi yang Hebat) dan terakhir Aset Materi. [Uswah Elamir/Marwah]

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*