Menghidupkan Lembaga Hisbah di Tengah-tengah Umat

Oleh : Aan Handriyani, M.Ag (Dosen Tetap Prodi Komunikasi Penyiaran Islam STID Mohammad Natsir)

أمر بالمعروف ظهر تركه و نهي عن المنكر ظهر فعله

“Hisbah adalah memerintahkan yang ma’ruf ketika tampak ditinggalkan, dan mengingkari kemunkaran ketika tampak dilakukan” (Al-Mâwardi dalam al-Ahkâm as-Sulthâniyyah)

Pasca wafatnya Rasulululah Muhammad SAW, tidak ada lagi Nabi yang diutus, berbeda dengan para Nabi sebelumnya, yang mana setiap kali seorang Nabi wafat maka akan diutus Nabi setelahnya, bahkan ada dua Nabi atau lebih dalam satu masa risalah.

Para Nabi diutus untuk meluruskan penyimpangan manusia dan mengembalikan manusia kepada jalan yang benar, namun tidak ada Nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Selain karena Beliau sebagai penutupnya para Nabi (Khâtam an-Nabiyyîn), ada hikmah lainnya yang yang menjadi kehormatan dan tugas besar umat ini sehingga tidak ada lagi Nabi yang diutus. bahwa Allah telah memberikan amanah kepada ummat Muhammad dalam jalan (manhaj) kebenaran yang jelas, di mana senantiasa terdapat orang-orang yang memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar sehingga tidak akan pernah ada Nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Inilah keistimewaan (khairiyyah) umat ini. (asy-Sya’rawi, tafsir Al-Baqarah 135).

Allah Ta’ala melimpahkan tugas menjaga agama ini kepada kita semua dengan menghidupkap syiar amar ma’ruf dan Nahi Munkar diantara kita. Selama kita tidak berpangku tangan dan menegakkan syiar ini maka kebaikan akan senatiasa bersama kita dan pertolongan Allah akan diberikan kepada kita. Allah Ta’ala berfirman :

Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”.  (QS. Ali Imran : 112).

Dalam musnad Ahmad dan Sunan An-Nasâ`i bahwa yang dimaksud kalian dalam ayat diatas adalah para Sahabat Nabi yang ikut hijrah bersama beliau, mereka menjadi ummat terbaik karena keimanan mereka dan amar ma’ruf dan nahi munkar di antara mereka. Meski demikian Ibnu Katsir mengatakan penafsiran yang lebih kuat bahwa ayat di atas bersifat umum bagi seluruh umat, unsur keterbaikan ini ada pada umat ini di setiap masa, namun generasi yang bersama Rasulullah SAW adalah generasi terbaik termasuk dalam hal amar ma’ruf dan nahi munkar. Inilah yang menjadikan mereka sebagai umat terbaik. Oleh karenanya orang-orang mengikuti jalan hidup mereka dalam iman dan amar ma’ruf dan nahi munkar mereka akan menjadi bagi umat terbaik pada masanya.

Hisbah
Dalam sejarah dan literatur Islam, amar ma’ruf dan nahi munkar juga sering disebut dengan istilah hisbah, secara bahasa hisbah memiliki beberapa makna, diantaranya berarti mengingkari dan mencari-cari pahala. Orang yang melakukan hisbah disebut dengan muhtasib yakni orang yang mengingkari perbuatan buruk manusia seraya berharap pahala atas amalnya tersebut.

Imam al-Mâwardi mendefinisikan hisbah dengan : “Memerintahkan yang ma’ruf ketika tampak ditinggalkan, dan mengingkari kemunkaran ketika tampak dilakukan”.

Dalam sejarah Islam, tradisi hisbah ini terlembaga menjadi salah satu departemen (wilâyah) yang dikelola oleh negara, mereka orang-orang yang terlibat di dalamnya didukung dan dibiayai oleh negara. Tugas Wilâyatul Hisbah ini menjaga moralitas warga negara dengan melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, termasuk melakukan sidak dan mengawasi jika terjadi kecurangan dan ketidak wajaran di pasar-pasar kaum muslimin. Selain hisbah yang bersifat resmi, karena besarnya motivasi mendapatkan pahala hisbah, banyak di antara kaum muslimin yang secara sukarela melakukan hisbah. Semangat hisbah di kaum muslimin ini tentu karena panggilan keimanan dan bagian dari pengamalan dari hadits Rasulullah SAW :

“Barang siapa diantara kalian yang melihat kemunkaran maka hendaklah ia ubah dengan dengan tangannya, jika ia tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika ia tidak mampu maka ubahlah dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya keimanan” (HR. Muslim).

Pembahasan hisbah sudah sangat lengkap, pembahsannya dapat ditemukan di banyak literatur Islam yang telah lama ditulis oleh para ulama, diantaranya Imam Ghazali (W. 505 H), al-Mâwardi, Ibnu Taimiyyah dan lain-lain.

Imam Ghazali (505 H), ulama yang hidup dimasa perang salib dan menjadi inspirasi kebangkitan umat Islam ini, dalam kitabnya “Ihyâ ‘Ulumuddîn” beliau menulis satu bab khusus tentang amar ma’rûf dan nahi munkar. Bahkan beliau mengatakan bahwa amar ma’ruf dan nahi munkar adalah kutub terbesarnya agama (al-Quthb al-A’zham min ad-Dîn) dengan kata lain amal hisbah ini menentukan mati-hidupnya umat Islam.

Ibnu Taimiyah, ulama yang hidup di masa serbuan bangsa Mongol ke negri-negri kaum Muslimin dalam bukunya “al-Hisbah” mengatakan bahwa hakikatnya seluruh departemen (al-wilâyah) yang ada dalam negara Islam bertujuan untuk amar ma’ruf nahi munkar, salah satunya yang harus diwujudkan adalah departemen hisbah (wilayatul hisbah), demikian juga al-Mâwardi mengatakan bahwa perwujudan wilayatul hisbah adalah salah satu bentuk pengamalan dari surah Ali Imran ayat 104.

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.

Akibat Meninggalkan Hisbah
Ada banyak akibat buruk jika kaum Muslimin meninggalkan Hisbah atau amar ma’ruf nahi munkar, diantaranya :
Pertama, Tersebarkan Kemunkaran
Ketika kaum muslmin abai terhadap hisbah, maka para agen kemunkaran akan leluasa menyebarkan perbuatan buruk di tengah-tengah masyarakat, dan akhirnya kemunkaran ini seperti tidak bisa dibendung, bahkan yang lebih buruk lagi, sebagian masyarakat akan menganggap yang munkar itu ma’ruf dan yang ma’ruf menjadi munkar, karena tidak adanya orang yang menjelaskannya.

Kedua, Doa tidak dikabulkan
Doa adalah harapan besar orang beriman, dengan doa ia memanjatkan berbagai keinginannya kepada sang Khalik, namun meninggalkan amar ma’ruf dan nahi munkar dapat menjadi salah satu sebab tidak di-ijabahnya doa seorang hamba atau doa suatu ummat, Rasulullah SAW bersabda :
Demi Allah, hendaknya kalian betul-betul melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar atau (jika kalian tidak melaksanakannya) maka sungguh Allah akan mengirim kepada kalian siksa dari-Nya kemudian kalian berdoa kepada-Nya (agar supaya dihindarkan dari siksa tersebut) akan tetapi Allah Ta’ala tidak mengabulkan do’a kalian”. (HR. At-Tirmidzi/Shahih al-Jâmi’)

Ketiga, Mengundang Azab Allah
Point ini sangat jelas, banyak sekali ayat dan Hadits berupa ancaman ketika, kaum muslimin meninggalkan hisbah, dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala berfirman : “Dan takutlah terhadap azab yang tidak hanya menimpa orang-orang zalim diantara kalian saja dan ketahuilah sesungguhnya Allah Maha pemberi siksa yang pedih “(Al-Anfal : 25)
Azab tidak hanya akan menimpa orang-orang yang melakukan kemunkaran, tapi juga dapat menimpa orang-orang shalih ketika mereka abai untuk mencegah kemunkaran.

Keempat, Rusaknya Masyarakat dan Keluarga. Tersebarnya kemunkaran ditengah-tengah masyarakat tanpa adanya orang yang mengingkari, secara perlahan-lahan juga akan masuk ke tengah-tengah keluarga, meski pada awalnya seorang kepala keluarga melakukan pengawasan yang ketat kepada keluarganya agar tidak terpengaruh, tapi karena lingkungan yang rusak dan masyarakat yang abai, maka kemunkaran pun bisa masuk ke rumahnya. Apalagi di era sosial media dan internet saat ini. Jika hisbahnya kendor maka setiap rumah bisa hanyut dalam kerusakan.

Kelima, Dikuasai oleh Musuh dan Penguasa yang buruk. Ketika Hisbah ditinggalkan, kemunkaran menjadi leluasa dan merajalela, sehingga banyak orang perlahan meninggalkan ajaran agamanya, akhlak menjadi rusak tidak dapat lagi membedakan mana yang ma’ruf dan mana yang munkar, kemudian generasi mudanya dikuasai oleh pemikiran menyimpang sehingga umat menjadi lemah, dalam kondisi seperti inilah musuh dan penguasa-penguasa yang buruk akan menguasai negeri dan menjadi musibah bagi kaum Muslimin.

Membentuk Tim Hisbah
Hisbah dapat dilakukan secara individu, namun demikian agar Hisbah ini dapat dilakukan secara efektif dan terencana sehingga mencapai tujuannya, maka perlu adanya kelompok, tim atau lembaga yang menghidupkan syiar hisbah. Tim dan lembaga hisbah inilah yang akan melakukan penelitian. kajian strategis, merencanakan aksi hisbah, melakukan penyadaran, dan menghidupkan syiar-syiar hisbah di tengah-tengah masyarakat dan lain-lainnya.

Tim ini sangat diperlukan baik secara ilmiyyah juga amaliyyah, secara ilmiyyah Tim ini bertugas melakukan kajian literatur-literatur Islam tentang hisbah sehingga hisbah yang dilakukannya sesuai dengan adab Islam dan tidak memunculkan kemunkaran yang lebih besar, dan dapat menangkap peluang-peluang dan memanfaatkan sarana-sarana yang sesuai dengan kondisi saat ini agar hisbah mencapai tujuan. secara amaliyyah keberadaan hisbah yang terlembaga di masyarakat ini pun akan menguatkan dan mendukung orang-orang yang hendak melakukan hisbah secara sukarela.

Oleh karenanya, ketika negara belum dapat menangkap aspirasi hisbah secara maksimal, maka kaum muslimin dengan lembaga-lembaga swadaya yang dimilikinya baik ormas, yayasan atau pun masjid, dapat membentuk tim-tim hisbah untuk menghidupkan syiar-syiar hisbah di antara mereka.

Salah satu negara yang hisbahnya terlembaga dan mendapatkan dukungan dari pemerintahnya adalah kerajaan Saudi Arabiya, mereka memiliki banyak lembaga hisbah, baik yang resmi dibawah negara; Hai’ah al-amr bil ma’ruf wan nahyu ‘anil munkar, atau yang swadaya; Markaz al-Muhtasib, yang terakhir ini telah melakukan banyak kajian baik secara dalil juga secara realitas (wâqi) dan mengadakan banyak pelatihan untuk menghidupkan syiar ini, kajian-kajian mereka tentang hisbah dapat menjadi rujukan dalam melaksanakan hisbah di lingkungan kita dan hasil kajiannya secara gratis dapat diakses melalui www.almohtasb,com.

Hisbah atau amar ma’ruf nahi munkar adalah syiar umat Islam, ia merupakan salah satu syarat agar umat ini kembali bangkit dan mendapatkan pertolongan Allah Ta’ala. Semoga secara perlahan bersama perkembangan da’wah tradisi hisbah ini bisa kembali dihidupkan di semua level masyarakat dan umat Islam di negeri ini, Allah Muwaffiq ila aqwamith thâriq.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*