Sampaikan Orasi dalam Apel Siaga Da’wah, Ustadz Jumroni : Mahasiswi STID Mohammad Natsir adalah Muslimah Penggerak Umat

STIDNATSIR.AC.ID – Mahasiswi STID Mohammad Natsir mengikuti apel siaga Da’wah pada Sabtu (25/6/2022) di Auditorium Sakinah. Dalam Apel yang diikuti oleh seluruh Civitas Akademika Kampus Putri ini, Direktur PESMA, Ustadz Jumroni Ayana, M.Ag menyampaikan orasi ilmiah.

Apel siaga yang diselenggarakan oleh Dewan Eksekutif Mahasiswi ini merupakan apel siaga perdana yang diikuti oleh seluruh mahasiswi STID Mohammad Natsir secara luring, sebelumnya apel siaga dilakukan secara luring dan daring.

Dalam sambutannya, Bendahara Dema Putri, Pipit Aisyah mengatakan bahwa, “Muslimah mempunyai potensi yang sangat besar. Muslimah memiliki kompetensi yang dimilikinya baik tingkat individu yaitu peran normatif seperti pendidikan anak dan pengelola rumah tangga. Maupun di tingkat masyrakat yaitu peran prestatif seperti muslimah sebagai pengemban karier dan keahliannya serta muslimah dan fungsi sosialnya. Peran muslimah disini tugasnya adalah sebagai motor atau penggerak dalam tranformasi sosial. Kenapa? karena muslimah adalah tonggak peradaban bangsa.”

Orasi pada Apel siaga kali ini disampaikan oleh Direktur Pesantren Mahasiswa, Ustadz Jumroni Ayana, M.Ag. Beliau menyampaikan beratnya tema pada kali ini yakni, “Urgensi Kader Dai’yah di Era Transformasi Sosial”. Tema kali ini sama beratnya dengan beban yang akan diberikan pada pundak da’iyyah. Tema ini juga menjadi suatu bentuk kesiapan da’iyyah STID Mohammad Natsir dalam mengemban tantangan dakwah yang lebih berat lagi.

Beliau juga mengingatkan, bahwa mahasiswi STID Mohammad Natsir adalah muslimah penggerak umat, yang kehadirannya selalu berada di tengah-tengah umat.

Ada beberapa hal yang disebutkan dalam mengemban dakwah agar da’iyah bisa menjadi agen perubahan, yaitu; Siddiq, Amanah, Tablig, Fathonah

Dengan kompetensi yang disebutkan di atas dan tantangan-tantangan dakwah haruslah bisa menjadi agen perubahan. Tentunya harus bisa merubah satu keadaan menjadi keadaan lebih baik.

Beliau juga mengingatkan bahwa, kehidupan sosial mengalami perubahan luar biasa di era yang serba instan. Yaitu era yang segalanya cepat. Maka seorang dai harus menyesuaikan diri dan tidak boleh lalai dalam hal itu.

Terakhir, beliau juga menambahkan bahwa, “Menjadi seorang Dai’yah juga akan merasakan menjadi seorang ibu rumah tangga. Dan, menjadi seorang ibu rumah tangga tidak kalah pentingnya menjadi pemimpin di rumah. Seorang penyair berkata ‘Ibu adalah madrasah utama jika ia sempurnakan pendidikannya maka insyaAllah akan melahirkan generasi yang hebat’.” [Andalusia/KOMINFO/DEMA]

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*